Alfathiha

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيم ||| الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِين ||| الرَّحمـنِ الرَّحِيم ||| مَـالِكِ يَوْمِ الدِّين ||| إِيَّاك نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِين ||| اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ ||| صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّين

Minggu, 16 Oktober 2011

Kecerdikan dan Kebijaksana Nabi Muhammad SAW.

     Ka'bah terletak dilembah yang rendah. Pada suatu tahun turunlah hujan yang amat lebat dan dahsyat. Hujan yang turun terus-menerus itu menimbulkan bajir yang besar, dan meruntuhkan bangunan Nabi Ibrahin as itu. Untuk bangunan kembali Rumah Allah SWT ini, berbagai suku bangsa di Mekah mengadakan kerjasama. Dengan semangat gotong-royong mereka membangunnya kembali sampai selesai.

     Hanya tinggal lagi suatu pekerjaan yang remeh. Pekerjaan itu ialah membawa batu hitam dari Ka'bah itu kedalam dan memasangnya kembali di tempat semula. Semua suku-suku yang ingin mengerjakannya sendiri-sendiri. Mereka berebut-rebutan, masing-masing ingin mendapat kehormatan melakukan pekerjaan ini. Dalam perebutan ini timbullah sengketa. Karena tidak ada suku yang mau mengalah, maka terjadilah pertengkaran hebat. Hanya ujung pedang sajalah yang dapat menyelesaikan pertengakaran ini. Tidak ada satu penyelesaianpun yang dapat diterima masing-masing suku.

     Untunglah salah seorang dari mereka maju ke depan dan berkata, "Usul saya! Undurkan pekerjaan ini sampai besok! Orang yang pertama masuk Ka'bah besok pagi, punya hak untuk memutuskan penyelesaiannya. Semua orang diharuskan menerima keputusan itu." Usul yang baik ini dapat diterima oleh semua pihak.

     Pada pagi harinya, sebelum fajar menyingsing, orang-orang dari semua suku pada berpacu-pacu menuju Ka'bah. Masing-masing orang berusaha untuk menjadi orang yang pertama memasukki rumah Allah SWT itu. Tetapi semua orang ini menjadi kecewa, setelah mereka menjumpai seorang pemuda disana. Pemuda itu tidak lain Nabi Muhammad SAW. keponakan Abu Thalib, Muhammad ditanyai mengenai aturan penyelesaian sengketa pengakutan batu ini.


     "Muda saja!" Kata Muhammad SAW. Segera Nabi Muhammad SAW membentangkan kain yang besar di atas tanah. Dia meletakkan batu yang hitam itu di tengah-tengahnya. Masing-masing kepala suku diminta untuk memegang tepi kain itu dan mengangkatnya serentak bersama-sama. Semua anggota suku-suku ikut secara gotong-royong rukun dan damai, batu itu digotong ke dalam Ka'bah. Semua orang tersenyum puas atas kecerdikan dan kebijaksanaan Nabi Muhammad SAW. Setelah sampai di dalam Ka'bah, Muhammad meletakkan batu tersebut pada tempat semestinya. Ini adalah suatu keputusan yang sangat bijaksana dan memuaskanhati semua suku. Semenjak itu Muhammad dikenal sebagai orang yang cerdik dan bijaksana. Ia dapat mencarikan jalan keluar bagi soal-soal yang sulit.

Read More...

Sabtu, 01 Oktober 2011

Tahun GaJah

Tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW dinamakan tahun Gajah. Tahun ini dinamakan demikian, karena banyaknya gajah yang datang menyerbu ke kota Mekkah. Gajah-gajah yang banyak itu adalah kepunyaan Gubernur Yaman yang datang dengan angkatan perang yang kuat guna merebut kota Mekah, dan sekaligus menghancurkan Ka’bah. Nama gubernur itu ialah Abrahah. Dia adalah seorang gubernur yang amat berkuasa, dan mengingin namanya hidup terus untuk selama-lamanya. Guna mengekalkan namanya ini, dia membangun sebuah Kuil yang amat besar. Kuil itu dijadikannya tandingan dari Ka’bah. Kedudukan Ka’bah harus diganti dengan Kuil ciptaannya itu. Dia memerintahkan agar semua orang harus berziarah ke Kuilnya dan bukan ke Ka’bah lagi. Tetapi rakyat tidak mau mendengarkan perintahnya ini, dan tetap berkunjung ke Ka’bah seperti sediakala. Abrahah menjadi marah dan memikirkan suatu rencana jahat. Dia berkata, “Aku harus menghancurkan Ka’bah. Jika Ka’bah telah musnah sama sekali, tentu tidak ada alasan lagi bagi mereka untuk datang ke kotaMekah. Sebagai gantinya tentu mereka akan datang mengunjungi Kuilku.”



Karena alasan inilahAbrahah datang menyerbu kota Mekah.

Melihat tentara Abrahah yang kuat itu, Abdul Muthalib merasa bahwa dia tidak akan dapat melawannya. Sebab itu dia lari menyingkir ke luar kota. Pertahaan Ka’bah diserahkannya kepada Allah SWT.

Tentara Abrahah merampas beberapa ekor untuk Abdul Muthalib. Abdul Muthalib terus pergi menghadap Abrahah dan menuntu agar semua untanya harus dikembalikan. Abrahah menjadi heran dan bertanya, “Aneh sekali! Kenapakah Tuan sangat kuatir terhadap unta-unta yang sangat remeh itu? Tidakkah tuan merasa kuatir akan masalah yang lebih penting, ialah nasih Ka’bah?”

Dengan tenang penguasa Ka’bah itu menjawab, “unta-unta itu adalah milikku! Aku harus menjaga dan melindunginya. Tetapi Ka’bah itu milik Allah SWT. Dan Allah yang akan menjaga dan melindunginya.”

Abrahah terkejut mendengar jawaban yang jitu ini. Memang, kata-kata Abdul Muthalib ini ternyata benar. 
Kehendak Allah SWT tentu akan berlaku. Dan kehendak Allah SWT memang segera berlaku.
Allah menurunkan wabah pes, untuk menghancurkan seluruh tentara Abrahah. Dalam waktu pendek saja, prajurit-prajuritnya telah jatuh bergelimpangan dierang penyakit pes. Kekuasaan Abrahah menjadi musnah dan punah, tetapi Ka’bah tetap berdiri dengan megahnya.

Kejadian ini adalah satu pendahuluan dari suatau kejadian yang lebih menakjubkan lagi. Beberapa bulan kemudian, kota Mekah mendapat berkah, dengan kelahiran seorang bayi yang direstui Allah SWT. Bayi yang lahir dari kandungan Aminah. Bayi itu adalah Muhammad SAW. Pembebas ummat manusia. Seorang bayi terbesar dan terakhir dalam putaran dunia.

Read More...